Bulan Oktober adalah Bulan Bahasa Indonesia
Rupanya, tak banyak orang yang tahu atau ingat, apalagi memperingati.
Padahal, tepat di bulan Oktober tahun ini, Bahasa Indonesia telah
berusia 85 tahun. Usia tersebut mulai dihitung sejak tahun 1928,
tepatnya pada Hari Sumpah Pemuda.
Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dianggap sebagai momen
kelahiran Bahasa Indonesia, ditunjukkan dengan bunyi butir ketiga
naskahnya:
“KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA”
Dengan menggunakan kata ‘menjunjung’, yakni mengangkat sesuatu dan
memosisikannya pada kedudukan yang tinggi, butir ketiga memiliki makna
bahwa pemuda Indonesia bersumpah menempatkan Bahasa Indonesia lebih
tinggi dibanding bahasa-bahasa lain; juga menjelaskan bahwa Bahasa
Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Hal tersebut dimaksudkan juga
untuk memudahkan komunikasi di tengah banyaknya bahasa daerah yang kita
miliki.
Namun, sudahkah kita menjunjung tinggi Bahasa Indonesia saat ini?
Dapatkah kita melakukannya dengan bangga tanpa tertinggal arus
globalisasi yang disertai ‘tuntutan’ untuk menguasai bahasa-bahasa
asing?
Guraru sendiri, dengan cara apa memperingati Bulan Bahasa Indonesia
di sekolah? Apakah ada kegiatan khusus seperti lomba untuk siswa? Atau
Guraru punya pengalaman seputar kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
bersama siswa? Yuk, berbagi, sebagai penyemangat untuk menanamkan
kebanggaan berbahasa Indonesia pada diri sendiri dan siswa, dimulai dari
Bulan Bahasa Indonesia ini.
berikut ini adalah contoh dari perlombaan bulan bahasa di SMA N 1 belitang:
1. pembukaan acara
2. lomba rangking 1
3. lomba baca puisi
4. lomba mc/pembawa acara
5. lomba tutur cerita
6.lomba lawak
7.lomba pidato meniru tokoh
8. penutup acara...
sekian dari saya... terimakasih teman-teman :)
Rabu, 30 Oktober 2013
Jumat, 20 September 2013
posting pertama
Selamat Datang di blog saya
Nama Saya: FaraNada Fatingga
TTL: Tangerang, 20 februari 1998
Alamat: GUMAWANG
Kelas: XI. A5
Nama Saya: FaraNada Fatingga
TTL: Tangerang, 20 februari 1998
Alamat: GUMAWANG
Kelas: XI. A5
Selasa, 17 September 2013
MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pendidikan
merupakan kunci pembangunan suatu bangsa. Pembangunan ekonomi suatu bangsa bisa
terjadi dengan adanya transformasi sosial dalam suatu bangsa.
Oleh sebab itu,
diperlukan sebuah upaya untuk membina kaum generasi muda untuk menjadi pemimpin
masa depan yang berkualitas.
Sekretaris
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc
mengatakan bahwa akses pendidikan masih bisa ditingkatkan.
"Dari
segi akses kita sudah bagus, tapi dari mutu dan daya saing kurang,
program-program dari pendidikan tinggi (Dikti) akses masih ditingkatkan
lagi," ujarnya, dalam sambutan peresmian USBI di Sampoerna Strategic
Square, Jakarta Selatan, Sabtu (1/6/2013).
Untuk
meningkatkannya, lanjut dia, dengan menggunakan dana abadi pendidikan untuk
meningkatkan mutu penelitian dan pendidikan terkait kualitas.
"Kalau
kita lihat bahwa akses sudah besar, tapi pada kenyataannya untuk bisa
memberikan akses yang bermutu masih kurang," ucapnya.
Menurutnya,
5,4 juta orang yang kuliah yang terdiri dari perguruan tinggi negeri (PTN) 1,1
juta orang dan 2,9 juta di perguruan tinggi swasta (PTS). "Tapi ingat,
bahwa yang bisa menikmati pendidikan ini hanya 30 persen," katanya.
Pemerintah
menyadari, untuk meningkatkan akses untuk masyarakat menengah ke bawah membuat
program bidik misi.
"Untuk
itu Dikti sangat berterima kasih kepada sampoerna untuk ikut mencerdaskan anak
bangsa, ini sangat kita apresiasi, USBI yang unggul di Indonesia maupun di
kancah internasional," katanya.
Dia
menyampaikan pesan Mendikbud, bahwa pendidikan tinggi adalah strategi untuk
memutus rantai kemiskinan, Dikti punya tanggung jawab di perguruan tinggi 20
persen untuk menjamin siswa miskin.
http://m.okezone.com/read/2013/06/01/373/816111/mutu-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah
http://m.okezone.com/read/2013/06/01/373/816111/mutu-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
Problematika adalah
berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau
teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan.
Tentang pendidikan
banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan
bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan
atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang
memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan
daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di
Simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka
menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman
kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek
ketrampilan) yang dimiliki oleh seorang individu.
Adapun yang dimaksud
dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan atau
permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan, khususnya
Negara Indonesia.
SOLUSI PEMECAHAN TERHADAP PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
Dalam menghadapi masalah ketidak jelasan tujuan pendidikan selama ini, perlu segera di rumuskan secara jelas variabel-variabel yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dalam arti penerapan hasil secara realistis yang dapat di rasakan dampaknya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak dalam wacana pencapaian tujuan secara idialistis.
Untuk mengatasi ketidak serasian kurikulum , perlu di hilangkan kesan adanya pengindentikan sekolah hanyalah menanamkan teori-teori ilmu melulu, perlu menghilangkan kesan bahwa pendidikan itu identik dengan pengajaran, perlu meminimalisir kekeliruan langkah dalam pembuatan kurikulum yang kurang berorientasi terhadap kondisi riil pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Demikian pula dalam mengatasi ketiadaan tenaga pendidik yang berkualitas dan yang profesional, perlu merekrut sebanyak-banyaknya tenaga – tenaga dari lulusan lembaga pendidikan dengan keharusan memiliki kecakapan menguasahi ilmu-ilmu yang di perlukan bagi pembuatan standard kualitas minimal, tenaga yang menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan menejement pendidikanyang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju.
Syarat lainnya yang harus ada pada diri pendidik minimal, memiliki kedewasaan berfikir, kewibawaan, kekuatan kepribadian, memiliki kedudukan sosial-ekonomi yang cukup, kekompakan sesama pendidik dalam satu team. Dan lain sebagainya.
Pengukuran dalam bidang pendidikan sangat menetukan berkualitas atau tidaknya individu peserta didik, hal itu tergantung bagaimana alat ukur yang di pergunakan. Dalam kenyataannya masih banyak alat ukur yang di buat secara sembarangan tanpa melalui proses standardisasi, sehingga alat ukur tersebut tidak bisa diandalkan , karena tidak valid dan tidak reliabel.Oleh sebab itu perlu membuat alat ukur yang valid dan reliabel , disertai dengan pemberian nilai-nilai angka seobyektif mungkin tanpa terpengaruh oleh subyektifitas dan rekayasa, hanya dengan cara pengukuran seperti inilah yang dapat menjamin mutu hasil pendidikan yang diharapkan.
Pada akhirnya , untuk mencari solusi terhadap penjenjangan pendidikan , haruslah di dasarkan pada apa saja yang harus di bentukkan pada anak didik , perlu melakukan perhitungan secara seksana dengan melakukan experimen yang matang untuk menemukan fakta-fakta kebenaran baru dalam rangka meninjau kembali penjenjangan tingkat pendidikan yang selama ini di pedomani.
http://www.masbied.com/2010/02/20/problematika-pendidikan-di-indonesia-dan-solusi-pemecahannya/
Dalam menghadapi masalah ketidak jelasan tujuan pendidikan selama ini, perlu segera di rumuskan secara jelas variabel-variabel yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dalam arti penerapan hasil secara realistis yang dapat di rasakan dampaknya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak dalam wacana pencapaian tujuan secara idialistis.
Untuk mengatasi ketidak serasian kurikulum , perlu di hilangkan kesan adanya pengindentikan sekolah hanyalah menanamkan teori-teori ilmu melulu, perlu menghilangkan kesan bahwa pendidikan itu identik dengan pengajaran, perlu meminimalisir kekeliruan langkah dalam pembuatan kurikulum yang kurang berorientasi terhadap kondisi riil pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Demikian pula dalam mengatasi ketiadaan tenaga pendidik yang berkualitas dan yang profesional, perlu merekrut sebanyak-banyaknya tenaga – tenaga dari lulusan lembaga pendidikan dengan keharusan memiliki kecakapan menguasahi ilmu-ilmu yang di perlukan bagi pembuatan standard kualitas minimal, tenaga yang menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan menejement pendidikanyang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju.
Syarat lainnya yang harus ada pada diri pendidik minimal, memiliki kedewasaan berfikir, kewibawaan, kekuatan kepribadian, memiliki kedudukan sosial-ekonomi yang cukup, kekompakan sesama pendidik dalam satu team. Dan lain sebagainya.
Pengukuran dalam bidang pendidikan sangat menetukan berkualitas atau tidaknya individu peserta didik, hal itu tergantung bagaimana alat ukur yang di pergunakan. Dalam kenyataannya masih banyak alat ukur yang di buat secara sembarangan tanpa melalui proses standardisasi, sehingga alat ukur tersebut tidak bisa diandalkan , karena tidak valid dan tidak reliabel.Oleh sebab itu perlu membuat alat ukur yang valid dan reliabel , disertai dengan pemberian nilai-nilai angka seobyektif mungkin tanpa terpengaruh oleh subyektifitas dan rekayasa, hanya dengan cara pengukuran seperti inilah yang dapat menjamin mutu hasil pendidikan yang diharapkan.
Pada akhirnya , untuk mencari solusi terhadap penjenjangan pendidikan , haruslah di dasarkan pada apa saja yang harus di bentukkan pada anak didik , perlu melakukan perhitungan secara seksana dengan melakukan experimen yang matang untuk menemukan fakta-fakta kebenaran baru dalam rangka meninjau kembali penjenjangan tingkat pendidikan yang selama ini di pedomani.
http://www.masbied.com/2010/02/20/problematika-pendidikan-di-indonesia-dan-solusi-pemecahannya/